Diantara hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan kegelapan adalah sebagai waktu untuk beristirahat bagi makhluk
hidup dan untuk mendinginkan suhu udara bagi tubuh makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan. Allah tidak membiarkan malam gelap dan kelam tanpa ada cahaya
sedikitpun, sehingga makhluk hidup tidak dapat bergerak dan beraktifitas.
Cobalah perhatikan cahaya rembulan di
kegelapan malam dan cobalah renungi hikmah yang tersembunyi di balik itu. Allah
menciptakan cahaya bulan tidak seterang cahaya matahari agar tampak perbedaan
antara siang dan malam. Sebab jika sama terangnya, maka akan luputlah hikmah
pergantian siang dan malam yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala .
Cobalah perhatikan hikmah yang Allah ciptakan
pada bintang-bintang yang bertaburan di langit dan keajaiban penciptaannya.
Bintang-bintang itu menghiasi gelapnya malam sehingga menambah kecantikan
langit di malam hari dan ibarat kompas bagi manusia dalam menentukan arah jalan
yang tidak ia ketahui di darat dan di lautan.
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (QS.
Al-A’raf : 54 )
Pembaca yang mulia, Rasulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam pernah menjadikan kedua ciptaan Allah ini sebagai perandaian dan perumpamaan yang
indah, tatkala Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Keutamaan orang yang berilmu dibanding
dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh
bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya
para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan
ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan
yang banyak." [HR.Abu Dawud no.3641, At-Tirmidzi no.2682].
Mungkin akan timbul pertanyaan di benak kita,
mengapa Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam mempermisalkan orang
yang berilmu dengan bulan purnama, sedangkan ahli ibadah dengan
bintang-bintang? Oleh karenanya, marilah kita menyimak penjelasan dari para
ulama kita.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah
berkata,
"Di dalam perumpamaan tersebut
terdapat mutiara yang lain, yaitu bahwa kejahilan laksana malam dalam
kegelapannya. Para ulama dan ahli ibadah seperti kedudukan bulan dan
bintang-bintang yang terbit dalam kegelapan itu. Keutamaan cahaya seorang yang
berilmu dalam kegelapan itu dibandingkan cahaya seorang yang ahli ibadah
seperti keutamaan cahaya bulan dibandingkan bintang-bintang".
[Lihat Miftah Dar As-Sa'adah (1/259), tahqiq Ali bin Hasan Al-Atsariy].
Al-Qodhi Iyadh rahimahullah berkata,
"Nabi
Shollallahu ‘alaihi wasallam menyerupakan orang yang berilmu dengan bulan, ahli
ibadah dengan bintang-bintang, karena kesempurnaan ibadah, dan cahayanya tak
akan melampaui diri ahli ibadah tersebut. Sedang cahaya orang berilmu akan
terpancar kepada yang lainnya". [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (6/481)]
Orang yang berilmu akan menjadi berkah
dimanapun ia berada. Ia bisa mengajari manusia dengan ilmu yang bermanfaat.
Sehingga manusiapun bisa berjalan di muka bumi dengan cahaya ilmu yang akan
menuntun mereka dalam gelapnya alam kejahilan. Seluruh manusia akan mengambil
manfaat darinya, baik yang jauh maupun yang dekat, yang besar maupun yang kecil
sebagaimana para makhluk dapat mengambil manfaat dari cahaya bulan purnama baik
yang jauh maupun yang dekat. Bahkan hewan-hewan yang melata di muka bumi serta
ikan- ikan yang berada di dasar lautan merasakan manfaatnya sehingga merekapun
memintakan ampunan bagi orang-orang yang berilmu.
" Sesungguhnya orang yang berilmu akan
dimintakan ampunan oleh para makhluk yang berada di langit dan di bumi bahkan
sampai ikan-ikan besar yang berada di dasar lautan " [HR. Abu Dawud (3641) dan At-Tirmidzi
(3682)].
Para pembaca yang budiman, Iniliah keutamaan
ilmu. Namun perlu diketahui, ketika kita mendapatkan kata "ilmu" di
dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, maka yang dimaksud adalah ilmu agama .
Yaitu ilmu tentang syari’at Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Shollallahu
‘alaihi wa sallam berupa wahyu yang menjadi petunjuk. Telah diterangkan
bahwa para Nabi tidaklah mewariskan
kepada umatnya berupa jual beli atau yang berhubungan dengannya. Namun, yang
mereka wariskan hanyalah ilmu syari’at alias ilmu agama, bukan yang lainnya
[Lihat Kitab Al-Ilm (hal. 9) karya Syaikh Al-Utsaimin, cet. Dar Al-Itqon,
Mesir]
Namun bukan berarti mempelajari ilmu umum
selain agama tidaklah penting. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu-ilmu
tersebut memiliki manfaat yang bisa kita rasakan. Akan tetapi, dalam rangka
mencarinya kita harus mendahulukan ilmu yang wajib dulu, yaitu ilmu
agama. Adapun ilmu yang umum itu
bersifat sunnah.
Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari
ilmu dunia. Dalam satu kondisi mempelajari ilmu dunia bisa menjadi wajib jika
memang belum mencukupi orang yang berkompeten dalam ilmu
tersebut. Misalnya di suatu desa belum ada dokter padahal sangat penting
sehingga masyarakat bisa mudah berobat. Maka masih ada kewajiban bagi sebagian
orang di desa tersebut untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga terpenuhilah
kebutuhan masyarakat.
Untuk ilmu umum tersebut dalam pemanfaatannya
memiliki dua sisi. Jika ilmu-ilmu tersebut digunakan untuk bermaksiat dan
membuat kerusakan di muka bumi, maka ia akan menjadi suatu hal yang tercela.
Namun, jika digunakan untuk menopang ketaatan kepada Allah dan untuk menolong
agama Allah serta manusia pun dapat mengambil manfaat dari ilmu-ilmu tersebut,
maka ilmu-ilmu tersebut merupakan suatu kebaikan.
Wahai kaum muslimin, pada hari ini, Islam
butuh dengan otak-otak yang jenius. Islam membutuhkan polisi, dosen, guru, dan juga
butuh orang-orang yang cerdas sehingga dapat melahirkan ulama-ulama seperti
Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’iy, dan Imam Ahmad
Maka janganlah menjadi kaum muslimin yang
sangat berambisi mengejar dunia, tanpa mengenal lagi aturan-aturan Allah.
Seseorang yang memiliki ilmu agama akan senantiasa mendapatkan kebahagiaan,
bukan hanya di dunia saja, juga tetapi di alam barzakh dan di akhirat kelak.
Rasulullah -Sholllallahu alaihi wa sallam- bersabda,
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga”. [HR. muslim(2699)].
Semoga tulisan ini semakin mendorong diri kita untuk tidak melalaikan
ilmu agama, semoga kita termasuk orang yang dimudahkan dalam urusan mencari
maupun mengamalkan ilmu Allah dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah
Shahihah. Amin Ya Rabbal ‘Alamin
0 komentar:
Posting Komentar