Selasa, 29 Januari 2013

Keutamaan Menyebarkan Ilmu Agama



Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia” [1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama [2] yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia [3].

Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata, Aku tidak mengetahui setelah (tingkatan) kenabian, kedudukan yang lebih utama dari menyebarkan ilmu (agama)” [4].

Dalam hadist lain yang semakna dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Ta’ala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan” [5].

Kamis, 03 Januari 2013

Mengingat Allah Ta’ala vs Jejaring Sosial


Fenomena Jejaring Sosial
Ternyata kami sangat jauh menerapkan hal ini. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dan lain-lain. Inilah yang membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu mengingat Allah di mana pun, kapan pun (tentu bukan di WC, toilet dll), mengucapkan “astagfirullah”, ”allahummagfirli” di sela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

Para Ulama Mencuri Waktu untuk mengingat Allah Ta’ala waktu luangnya

Jika mengingat pesan para Ulama (pendahulu) kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka. Luqman pernah berpesan kepada anaknya ;
“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: “Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku)”,  karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”
Belum lagi kisah Imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian (saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara). Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah….., sungguh sangat jauh dari kebiasaan kita.
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata ;
 ”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah”. (Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H)

MABUK CINTA (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)



Salah satu tipu daya setan adalah fitnah yang di timpakannya kepada mereka yang di landa mabuk cinta kepada seseorang.
Demi Allah,ini merupakan fitnah dan bencana yang sangat besar,yang menjadikan nafsu menghambakan diri kepada selain penciptanya, yang menaklukkan hati kepada kekasih yang di gandrunginya yang akan menimpakan kehinaan kepadanya,yang menyalakan peperangan antara mabuk cinta dan tauhid,dan yang mengajak untuk memberikan kesetiaan kepada setan durhaka.
Ia menjadikan hati sebagai tawanan hawa nafsu,sebaliknya menjadikan hawa nafsu sebagai hakim dan pemimpinnya.Di penuhinya hati dengan bencana dan fitnah,di halanginya dari kebenaran,dan di palingkannya dari jalan yang lurus.Ia berteriak di pasar perbudakan,menawarkan hati kemudian menjualnya sengan harga yang murah.Di berikannya imbalan yang rendah kepada hati,sebagai ganti dari imbalan yang bernilai tinggi,yaitu kamar kamar surga, dan lebih dari itu adalah kedekatan dengan AR-Rahman.
Lantas, hati merasa tentram berada di sisi kekasih yang hina itu,padahal derita yang di rasakannya berlipat ganda di bandingkan dengan kenikmatan yang diperolehnya,kedekatan dengannya merupakan sebab terbesar kesengsaraannya. Padahal,alangkah cepatnya seorang kekasih berubah menjadi musuh! alangkah cepatnya seorang kekasih meninggalkan kekasihnya,sampai sampai seperti tidak pernah menjadi seorang kekasih.
Andaikata seseorang bisa bersenang-senang dengan kekasihnya di dunia ini,namun tidak lama lagi ia pasti mendapat penderitaan yang lebih besar padanya,apalagi di hari ketika para kekasih telah menjadi musuh bagi kekasihnya,kecuali orang-orang yang bertaqwa.(1)
Betapa meruginya orang yang mabuk cinta,yang telah menjual dirinya kepada selain "KEKASIH PERTAMA" dengan harga murah dan kenikmatan sesaat; begitu kelezatannya hilang,tinggallah tanggung jawabnya; begitu manfaatnya hilang,tinggallah mudharatnya;begitu kenikmatannya hilang,tinggallah kesengsaraannya; dan begitu kebahagiaannya hilang,tinggallah penyesalannya.

“10 Kerusakan dalam Perayaan Tahun Baru (Akhir Tahun)”


Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah, Rabb yang memberikan hidayah demi hidayah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.

Manusia di berbagai negeri sangat antusias menyambut perhelatan yang hanya setahun sekali ini. Hingga walaupun sampai lembur pun, mereka dengan rela dan sabar menunggu pergantian tahun. Namun bagaimanakah pandangan Islam -agama yang hanif- mengenai perayaan tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya diperbolehkan? Semoga artikel yang singkat ini bisa menjawabnya. 

“Sejarah Tahun Baru Masehi”
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1]
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru ini terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.

Berikut adalah beberapa kerusakan akibat seorang muslim merayakan tahun baru :

 

Followers

hasanalinayah Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template