Kamis, 03 Januari 2013

Mengingat Allah Ta’ala vs Jejaring Sosial


Fenomena Jejaring Sosial
Ternyata kami sangat jauh menerapkan hal ini. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dan lain-lain. Inilah yang membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu mengingat Allah di mana pun, kapan pun (tentu bukan di WC, toilet dll), mengucapkan “astagfirullah”, ”allahummagfirli” di sela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

Para Ulama Mencuri Waktu untuk mengingat Allah Ta’ala waktu luangnya

Jika mengingat pesan para Ulama (pendahulu) kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka. Luqman pernah berpesan kepada anaknya ;
“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: “Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku)”,  karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”
Belum lagi kisah Imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian (saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara). Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah….., sungguh sangat jauh dari kebiasaan kita.
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata ;
 ”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah”. (Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H)


Hubungan mengingat Allah dengan Jejaring Sosial

Kami baru tersadar bahwa facebook dan jejaring sosial lainnya menjadi ritual keseharian. Mungkin seperti ini rutinitasnya:
Setelah shalat Shubuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam (padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main).
Kemudian di sekolah, ada waktu pelajaran sedikit saja, langsung buka facebook, update status saat di sekolah. Terkadang status mengeluh dengan pelajaran, curhat masalah teman, membicarakan hal-hal yang kurang penting. Yang ada ujung-ujungnya adalah ghibah (menggunjingkan orang lain)….astaghfirullah
Sore hari setelah sholat asar juga langsung buka facebook, mencari-cari berita terbaru dari status yang ada. Awalnya berniat membuka link-link bermanfaat. Akan tetapi ada juga yang teman yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat ini. 
Maghribnya juga terkadang ada saja yang dibuka, update status adalah kewajiban yang tak terlupakan.
Kemudian ba’da Isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian saat di sekolah, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ibadah ini dan itu, baru selesai sholat, buka puasa dan lain-lainnya.

Jika seperti ini, kapan kita mengingat Allah, menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal ???? Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu di dunia nyata waktunya harus lebih banyak. Karena jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu daripada mengahdiri majelis dunia maya. Memang berniat berdakwah di dunia maya, tetapi  berdakwah di dunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, kerabat, teman dan orang lain.

Terkadang ada beberapa orang yang terkesan sangat shalih dan alim di facebook, sangat sering update status agama, sangat sering berbicara agama, memberi link-link tentang berita islami, bahkan tentang menuntut ilmu. Padahal di dunia nyata ia malah jarang atau tidak menerapkannya. Tetapi kita perlu husnudzon juga, karena ada mereka yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan dagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut.
Jauh sebelumnya para ustadz sudah memberi peringatan tentang hal ini. Kita lihatlah pada para ustadz yang punya akun facebook, mereka lebih sibuk menuntut ilmu dan berdakwah di dunia nyata.

Manfaat HP yang Tidak Ada Jaringan Internetnya

Terkadang mungkin ini lebih baik jika tidak terlalu perlu misalnya untuk bisnis dan perdagangan (jual pulsa). HP yang mudah dibawa kemana-mana (smartphone) menyebabkan kita dengan mudahnya membuka jejaring sosial seperti facebook. Sehingga sela-sela waktu malah kita gunakan untuk buka facebook, update status dan comment. Padahal hal itu kurang terlalu penting. Misalnya, saat pecah ban motor, update status via blackberry: “Ban motor pecah dijalan ini, bersama @fulan, Alhamdulillah dekat ama tambal ban nih”. Kemudian menunggu ada yang comment dan saling balas-balasan.

Memang ini adalah hal yang mubah. Akan tetapi alangkah baiknya jika ketika menunggu kita gunakan untuk beristighfar dan berdzikir. Merenungkan apa dosa kita dan kesalahan kita hari ini sampai ban motor bisa pecah sehinga manghambat perjalanan.
Ketahuilah, semua musibah, kesusahan dan kesedihan sekecil apapun itu adalah akibat dosa kita, karena kita lalai terhadap perintah-Nya, bertaubat dan beristighfar.

Allah Ta'ala berfirman,
“Barangsiapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya akan diberi pembalasan dengannya.” (QS. An-Nisa’:123).

Qotadah rahimahullah berkata,
“Tidaklah seseorang terkena goresan (ranting) atau tersandung melainkan akibat dosa yang ia perbuat”. (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 9/236 , Al-Qurthubi, Muassah Risalah, cet.1, 1420 H)

Sahabat-sahabatku yang InsyaAllah di rahmati oleh Allah azza wa jalla, saya hanya mengingatkan sebelum kita terlambat dan masuk dalam jurang kebodohan. Walaupun saya pribadi adalah manusia biasa yang banyak dosa, saya hendak mengajak teman-teman untuk kembali ke jalan yang benar. Dan saya ingin kelak siapapun yang membaca dan merenungi tulisan ini bisa menjadi pribadi muslim yang benar. Aamiiin..

Semoga secarik goresan emas ini bisa kita terapkan dan praktekkan dalam dunia nyata. Dan dengan sedikit ilmu yang dapat saya bagi, bisa menjadi tolak ukur kita agar Allah senantiasa menunjuki kita jalan yang lurus. Jalannya para Nabi dan Rasul, terutama jalannya Rasullullah shallallahu 'alaih‘ wa sallam, para sahabat beliau, dan jalan orang-orang yang istiqomah mengikuti mereka. Amiiinnn…

Penulis : Raehanul Bahraen
Muroja’ah : Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel         :   Muslim.Or.Id

Diedit 12 shafar 1434 di rumah tercinta…..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

hasanalinayah Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template