Adalah sebuah sunnatullah, setiap masa, generasi atau kejayaan dan
kemajuan suatu kebudayaan, peradaban, bangsa ataupun agama naik dan turun.
Kemajuan suatu peradaban, sehebat apapun akan sampai pula pada titik akhirnya sehingga
peradaban itu runtuh dan kemudian hanya menjadi catatan sejarah. Allah memang
berkehendak untuk mempergilirkannya di antara manusia.
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang
serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia
(agar merekamendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur
sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q. S. Ali ‘Imran [3] :
140)
Memang, bangkit dan runtuhnya suatu bangsa, peradaban ataupun
agama adalah sunnatullah. Tapi kita sebagai manusia tidak boleh pasrah dan
berdiam diri dalam menjalani takdir yag telah Allah Ta’ala tentukan. Ada kewajiban untuk berusaha menegakkan kemuliaan
dan kejayaan Islam. Ada tantangan untuk mempertahankan kejayaan dan
kegemilangan yang telah diraih itu. Pada pundak siapakah tantangan ini bertumpu?
Pada pundak para generasi muda jawabnya. Generasi muda yang seperti apa?
Generasi muda zaman sekarang, secara umum terbagi menjadi 3.