Sabtu, 20 September 2014

Pendidikan Islam Generasi Muda

Pendidikan Islam harus bisa bermutu dan berisi serta masuk dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai Islam menjadi sebuah budaya dan bahkan peradaban. Islam mengajarkan tentang hidup santun, saling menghargai, saling menghormati, kasih dan sayang kepada orang tua, guru, orang yang lebih tua, atau sesama. Menghindar dari perbuatan tercela seperti berbohong, tidak jujur, dan tidak amanah. Selalu mendekat pada Allah melalui kegiatan spiritual seperti banyak mengingat Allah, mendirikan sholat berjama’ah, membaca al Qur’an dan lain-lain, sehingga nilai-nilai Islam terasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tuanya. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selagi ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya atas harta tersebut, seperti zakat dan nafkah yang wajib. Namun ada simpanan yang jauh lebih baik dari itu, yaitu amal ketaatan dengan berbagai bentuknya yang ia suguhkan untuk hari akhir. Suatu hari yang tidak lagi bermanfaat harta, anak, dan kedudukan. Harta memang membuat silau para pecintanya dan membius mereka sehingga seolah harta segala-galanya.
Tak heran jika banyak orang menempuh cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan fitrah kesucian seperti korupsi, mencuri, dan menipu. Padahal betapa banyak orang bekerja namun ia tidak bisa mengenyam hasilnya. Tidak sedikit pula orang menumpuk harta namun belum sempat ia merasakannya, kematian telah menjemputnya sehingga hartanya berpindah kepada orang lain. Orang seperti ini jika tidak memiliki amal kebaikan maka ia rugi di dunia dan di akhirat. Sungguh betapa sengsaranya.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)

Tanggung jawab terhadap pertumbuhan generasi muda merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Terlebih pada keluarga yang memiliki peran dalam membangun dan mengarahkan anak ke jalan yang baik dan benar. Karena anak itu adalah amanah dan tonggak pemegang tongkat estafet dalam dakwah islam. Dari sebuah keluarga itulah seorang anak bisa mendapatkan pendidikan madrasah pertama dari seorang ibu. Hal ini mengandung arti bahwa orang tua memberikan pengaruh yang cukup bermakna bagi terwujudnya putra putri generasi muda yang beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa Ta’ala serta berakhlak mulia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, para penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim:6)
Orang tua juga memberi andil besar dalam pendidikan anak. Lewat tangan dingin orang tua yang sholeh sholehah seorang anak dapat tumbuh dalam bimbingan agama yang baik dan benar. Sebaliknya, jika pendidikan anak dalam keluarga kurang diperhatikan terlebih dari sisi agama, maka orang tua yang semacam inilah yang merubah atas fitrah Allah Ta’alaa, sebagaimana dalam sebuah riwayat hadits,
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi — sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?' Lalu Abu Hurairah berkata, "Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa yang berbunyi: '...tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (Qs. Ar-Ruum (30): 30). (HR. Muslim 1861)
Memilih Panutan yang Baik
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, apabila ia mendidik anaknya tentu memilih idola yang baik, yang akan memberi manfaat bagi pembinaan rohani pada diri sang anak. Banyak dalam ayat al-Qur’an, Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah keteladanan para Nabi dan Rasul untuk menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman dalam meneguhkan keimanan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Huud:120).
Ketika menjelaskan makna ayat ini, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Yaitu: supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar seperti sabarnya para Rasul ‘alaihimush sholaatu wa salaam, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shaleh, serta berlomba dalam mengerjakan kebaikan…” (Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 392))
Dalam hal ini, idola terbaik bagi seorang muslim adalah Nabi mereka, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Idola yang utama bagi seorang mukmin adalah orang-orang yang teguh dalam menegakkan agama Allah dan keimanan mereka, sehingga Allah Ta’ala sendiri yang memuji perbuatan mereka sebagai “suri teladan yang baik” dalam firman-Nya,
 “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri (nabi) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya (yang mengikuti petunjuknya)...” (QS. al-Mumtahanah:4).
Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa di antara kamu yang ingin mengambil teladan, maka hendaknya dia berteladan dengan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di umat ini, paling dalam pemahaman (agamanya), paling jauh dari sikap berlebih-lebihan, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya, mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat nabi-Nya, maka kenalilah keutaman mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus” (Lihat “al-Mu’in ‘ala tahshili adabil ‘ilmi” (hal. 50) dan “Ma’alim fi thariqi thalabil ‘ilmi” (hal. 124).
Demikianlah, semoga kita bisa dimudahkan dalam mempelopori perubahan dalam generasi muda maupun sebagai pelopor pendidikan islami bagi kalangan generasi muda. Dan kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa agar generasi yang muncul dalam agama ini terus diberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Aamiin.

Hasan Bashri

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

hasanalinayah Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template